Kamis, 21 Mei 2009

MENDIRIKAN RUMAH BATAK

CARA-CARA MENDIRIKAN RUMAH BATAK TOBA

Setelah dirasakan cukup dana untuk mendirikan sebuah rumah Batak maka dipanggillah haba-anggina untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Setelah sepakat mereka yang kakak beradik, dipanggillah boru nya untuk mengundang dongan sahuta, hula-hula, dongan tubu, boru/bere dengan panungganei di hari yang telah ditentukannya. Pada saat itu para sesepuh kampung akan berdiskusi mengenai pembangunan itu setelah selesai acara makan sesuai dengan adat Batak.
Disampaikan Kepala adat lah maksud dan tujuan undangan tersebut. Setelah semua sudah sepakat, kemudian ditentukanlah harinya, dan ditanyakan kepada datu untuk memberangkatkan tukang kayu ke hutan mencari kayu yang perlu untuk rumah tersebut.
Jadi setelah semua kayu yang diperlukan telah di tebang, pergilah sipemilik rumah ke hutan untuk menjemput kayu tersebut dengan cara gotong royong. Disaat dia membawa kayu dari hutan, dia akan bersorak-sorak dengan gembira dan senang hati. Setelah sampai di perkampungan maka kayu diletakkan di depan rumah suhut bersama orang yang membawa kayu tersebut.
Kemudian mereka akan makan bersama, dan pada saat itulah kemudian ditanyakan kepala tukang mengenai situasi sewaktu penebangan kayu, maka disampaikan kepala tukanglah bahwasanya kayu tersebut ditebang dengan baik.
Jadi setelah semua kayu telah terkumpul, ditanyakan lah kepada datu waktu yang tepat untuk memulai pembangunan.
Setelah dapat hari yang telah disampaikannya, maka tukang kemudian dipanggil untuk memahat kayu. Dan saat itulah pekerjaan dimulai yang terdiri dari :
1. Mangarias (mambarbar tiang dohot rangsang)
Dipilih tukang lah kayu yang bagus untuk tiang (basiha rea). Setelah itu ditanyakan lah yang punya rumah posisi masing-masing sudut rumah (parjabu bona, parjabu suhat, parjabu soding dohot parjabu tampiring). Setelah sependapat pemilik rumah dan tukang, kemudian dimulailah membentuk tiang.
2. Martangka Balobas (Inanta parsonduk mangkolak dangka ni bagot do dibahen)
Disuruh tukang lah pemilik rumah untuk mengambil pelepah nira, untuk membuat alat pengukur (meteran) tiang tersebut, dan si ibu rumah tanggalah yang membersihkan/membentuk meteran tersebut dan itulah ukuran untuk basiha ria dan basiha pandak
3. Martiktik/martuhil(memahat)
Ketika memahat, pemilik rumah akan berpakaian lengkap dan menanyakan kepada tukang kayu yang akan dipahat. Sebab di waktu memahat, tukanglah yang harus memahat tiang terlebih dahulu. Setelah dipahat tukang maka bekas pahatan pertama dan yang kedua itu diterima istri yang punya rumah dan disimpan. Kemudian tukang berpantun seperti ini : “Disonduk indahan bolon, dibahen tubagas tatuan; uli parjolo-jolo, ummulianma parhangkungan”.
Setelah itu kemudian makan bersama, dan pada saat martiktik tersebut hula-hula dan dongan tubu akan membawa makanan.
4. Mangarangin
Yaitu memasukkan ransang ke basiha, disaat mangarangin ini juga sambil berdiskusi, sebab ini merupakan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran
5. Lolo sumbang
Setelah semua ransang masuk ke basiha kemudian disatukan parjabu bona ke parjabu soding, parjabu suhut ke parjabu tampiring. Setelah itu kemudian diletakkan lah batu-batu pondasi. Dan disuruh tukanglah si pemilik rumah mengambil sebuah telur untuk diletakkan di atas batu pondasi paling depan agar Tuhan memberkati si pemilik rumahr tersebut. Setelah itu dimasukkanlah sumbang tusutus, sinok, tohang, sibaganding dohot galapang.
6. Mandandan Sitindangi
Menyatukan Sitindangi yang sebelah kiri ke sebelah kanan
7. Mangarait
Dinaikkanlah tiang sitindangi yang didepan dan dibelakang bersama dengan bungkulan yaitu : Sisampaikan tukang lah agar si istri yang punya rumah mempersiapkan1 gajut, 3 gulung benang, 1 rupiah unag dari logam, 1 buah telur, dan beras 1 literan, dan demua dimasukkan ke dalam gajut(sejenis tempat beras dari anyaman daun pandan) dan semua itu digantung ditengah tengah tiang atas. Tiang sitindangi haruslah berbeda tingginya , dimana tiang yang paling belakang harus lebih tinggi dari yang di depan artinya anak harus lebih maju.
8. Pamasuk Halangan Gordang (Gordang marbulang)
9. Pamasuk Tomboman
10. Pamasuk Tomboman adop-adop (Gorga Marurat)
11. Pamasuk Loting-loting
12. Mangururi/Panaengkon Jengkar
13. Panaengkon Sangkotan
14. Mangalante/Mambahen para-para
15. Panangkokon Sombaho (digorga)
16. Mandingding
Setelah semua telah selesai dibuatlah jendela, dan setelah semua telah selesai maka dibuatlah bara(pintu kandang).
17. Marmasuk
18. Mangadati Tukang
19. Paulak Pungsu ni Hau
Pergilah tukang ke pinggir hutan dan berterima kasih kepada Tuhan dan membawa 1 ayam putih,1 ayam merah, sagu-sagu, sidua 1solup, dengke laung-laung(sejenis ikan) diletakkan tukanglah disana
20. Mambuat tua (margondang)

Catatan :
Haba-anggina = kakak-adik
Boru = keluarga dari saudara perempuan
Dongan sahuta = tetangga
Hula-hula = saudara istri laki-laki
Dongan tubu =saudara satu marga
Bere =anak dari saudara perempuan
Panungganei =kerabat dari istri
Suhut =pemilik/yang mempunyai hajatan
Ransang =sejenis tiang
Basiha =sejenis tiang

Tidak ada komentar: